fbpx
Ini dia Sejarah Gedung Sate di Bandung

Ini dia Sejarah Gedung Sate di Bandung

Gedung Sate menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi jika Anda berlibur ke Kota Bandung, Jawa Barat. Gedung yang berfungsi sebagai kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini terletak di Jl. Diponegoro No.22, Bandung, Jawa Barat.

Salah satu keistimewaan bangunan ini adalah hiasan pada atapnya yang menyerupai segi enam miring. Ornamen berbentuk enam tusuk sate itu merepresentasikan enam juta Gulden, total dana pembangunan gedung bersejarah ini.

Dekorasi istimewa inilah yang membuat gedung ini dikenal masyarakat sebagai Gedung Sate. Gedung Sate ternyata telah berusia lebih dari seratus tahun.

Awal Mula Gedung Sate Bandung

 

 

Asal mula Gedung Sate Bandung berasal dari inisiatif Pemerintah Hindia Belanda pada awal abad ke-20 untuk membangun sebuah kompleks kantor pemerintahan yang megah di Kota Bandung, yang pada saat itu merupakan bagian dari Hindia Belanda. Berikut adalah beberapa detail lebih lanjut tentang asal mula Gedung Sate:

Gedung Sate dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama J. Gerber pada tahun 1920. Kemudian, desainnya direvisi oleh arsitek terkenal dari Belanda, Charles Prosper Wolff Schoemaker, yang memberikan sentuhan arsitektur Art Deco yang unik ke bangunan ini. Gedung Sate adalah contoh klasik dari arsitektur kolonial Belanda yang mencerminkan gaya arsitektur tropis pada masa itu.

Nama “Gedung Sate”: Nama “Gedung Sate” berasal dari ciri khas utama gedung ini, yaitu atapnya yang dihiasi dengan dekorasi berbentuk tusuk sate atau tongkat sate. Atap tersebut memiliki enam puncak yang menyerupai tusuk sate. Keenam puncak ini masing-masing melambangkan satu juta gulden yang digunakan untuk pembangunan gedung ini. Gedung Sate awalnya dibangun untuk menjadi kantor pemerintahan Hindia Belanda di Bandung. Pada saat itu, kantor pemerintahan ini digunakan untuk administrasi dan layanan publik.

Pembangunan Gedung Sate dimulai pada tahun 1920 dan selesai pada tahun 1924. Bangunan ini adalah salah satu bangunan pemerintahan paling megah pada masanya dan merupakan simbol kekuasaan kolonial Belanda di daerah tersebut. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Gedung Sate terus digunakan sebagai kantor pemerintah. Pada tahun 1980, gedung ini menjadi markas Gubernur Jawa Barat dan tetap digunakan untuk keperluan administrasi pemerintahan.

Nama “Gedung Sate”:

Nama “Gedung Sate” berasal dari karakteristik utama gedung ini, yaitu atapnya yang dihiasi dengan dekorasi berbentuk tusuk sate atau tongkat sate. Atap tersebut memiliki 6 tusuk sate, yang masing-masing melambangkan satu juta gulden yang digunakan untuk pembangunan gedung ini.

 

Arsitektur Gedung Sate

Gedung Sate dirancang oleh dua arsitek Belanda, J. Gerber dan F.P.J. batang.

Arsitektur bangunan ini sangat unik karena memadukan banyak gaya arsitektur yang berbeda, seperti gaya Indonesia, Eropa, dan Timur Tengah. Gedung Sate juga memiliki tiga menara setinggi 30 meter.

 

Fungsi Gedung Sate

Sejak berdirinya, Gedung Sate telah memiliki banyak fungsi. Selain berfungsi sebagai kantor gubernur, gedung ini juga digunakan sebagai pusat intelijen, sekolah, dan gudang senjata.

Saat ini Gedung Sate berfungsi sebagai kantor Gubernur Jawa Barat dan juga menjadi pusat kegiatan seni dan budaya.

 

Renovasi Gedung Sate

Sepanjang sejarahnya, Gedung Sate telah banyak mengalami renovasi. Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 1986 dan berlangsung hingga tahun 1990. Selama renovasi, Gedung Sate mengalami berbagai perbaikan dan modifikasi. Namun, desain dan dekorasi asli Gedung Sate tetap dipertahankan. Berikut adalah beberapa poin penting tentang sejarah Gedung Sate. Bangunan ini merupakan bagian dari peninggalan sejarah yang harus kita jaga dan lestarikan. Selain itu, Gedung Sate merupakan bukti keragaman arsitektur di Indonesia.